Jumat, 12 April 2013

Daya Serap Air


LAPORAN PRAKTIKUM

NAMA              :   Fajar Adiyatama
KELAS              :   X Analis Kimia
TANGGAL        :  Sabtu, 29 Januari 2012
JUDUL              :   Daya Serap Air Oleh Tanah
TUJUAN           :   Memahami daya serap air oleh masing-masing

DASAR TEORI  :  
       Tekstur tanah merupakan gambaran tingkatan kekasaran/kehalusan bahan mineral   yang menyusun tanah. Tekstur tanah sanagt menentukan kualitas tanah, terutama dalam hal kemampuanya menahan air, partikel yang besar akan menyebabkan rongga antar partikel tanah juga besar sehingga air dan udara lebih lambat bergera dan cenderung tertahan. Oleh karena itu testur tanah yang paling baik untuk keperluan pertanian adalah yang mengandung lempung/liat, dan debu atau endapan lumpur.

ALAT DAN BAHAN :
1.      Tanah pasir, tanah kebun dan tanah liat
2.      Air secukupnya
3.      Kertas saring
4.      Corong
5.      Gelas ukur atau wadah
6.      Timbangan

PROSEDUR
1.      Letakkan kertas saring dalam corong
2.      Susun peralatan seperti gambar
3.      Timbang atau perkirakan masing-masing jenis tanah hingga beratnya sama.
4.      Masukkan satu jenis tanah kedalam corong.
5.      Tuangkan air secukupnya kedalam corong yang berisi tanah tersebut.
6.      Ukur ukur volume air yang berhasil tertampung dalam wadah.
7.      Lakukan untuk jenis tanah yang lain.








DATA PENGAMATAN
NO
Jenis Tanah
Banyak Tanah
Jumlah Air yang Dituang
Jumlah Air Yang Diserap
1
tanah berpasir
3 tutup botol
5 tutup botol air
± 2 tutup botol air diserap, dalam waktu 5 menit
2
tanah kebun
3 tutup botol
5 tutup botol air
± 4 tutup botol air diserap, selama 5 menit
3
tanah liat
3 tutup botol
5 tutup botol air
± 1  tutp botol air diserap, selama 5 menit

Jawaban dari pertanyaan
1.      Tanah yang menyerap air paling banyak adalah tanah kebun
2.      Jenis tanah sangat menpengaruhi daya serap air, karena tanah yang gembur atau memiliki rongga antar partikel yang besar akan lebih banyak menyerap air dari pada tanah yang jarak antar partikelnya rapat.
3.      Tanah yang paling baik untuk tanaman adalah tanah jenis tanah kebun. Karena memudahkan penyerapan air. Sehingga akar tanaman mudah menembus tanah dan menyerap air, zat hara dan mineral lain.

PEMBAHASAN:
            Tanah kebun memiliki daya serap air yang tinggi, sehingga cocok untuk tanah perkebunan. Tanah kebun memiliki jarak antar partikel tanahnya cukup lebar, sehingga memudahkan dalam penyerapan air. Jadi air tidak dapat langsung keluar dengan mudah. Pada tanah liat, yang jarak antar partikelnya rapat membuat air sulit meresap dan melalui tanah liat, sehingga tanah liat cocok digunakan sebagai bahan bangunan, sedangkan pada tanah berpasir,  yang memiliki daya resap diantara tanah kebun dan tanah liat, tanah pasir juga memiliki jarak antar partikel diantara kedua tanah tersebut. Tanah pasir lebih cocok digunakan sebagai bahan campuran untuk bangunan
KESIMPULAN :
-          Setiap tanah memiliki karakteristik yang berbeda-beda
-          Daya resap tanah dari yang terbanyak adalah, tanah kebun, tanah pasir, dan tanah liat
-          Daya resap tanah tergantung pada bahan tanah dan jarak antar partikel-partikel tanah tersebut
-          Setiap tanah yang berbeda dapat memiliki fungsi bebeda pula




Kamis, 11 April 2013

Sintesis Alkohol, Eter dan Asam Salisilat


Sintesis Alkohol dan Eter
Ditulis oleh Ratna dkk pada 01-01-2010
Alkohol
Alkohol mempunyai rumus umum R-OH.Strukturnya serupa dengan air, tetapi satu hidrogennya diganti dengan satu gugus alkil. Gugus fungsi alkohol adalah gugus hidroksil, -O. Alkohol tersusun dari unsur C, H, dan O. Struktur alkohol : R-OH primer, sekunder dan tersier
Sifat fisika alkohol :
-         TD alkohol > TD alkena dengan jumlah unsur C yang sama (etanol = 78oC, etena = -88,6oC)
-         Umumnya membentuk ikatan hidrogen
-         Berat jenis alkohol > BJ alkena
-         Alkohol rantai pendek (metanol, etanol) larut dalam air (=polar)
Struktur Alkohol : R – OH
R-CH2-OH               (R)2CH-OH                     (R)3C-OH
Primer                      sekunder                          tersier
Pembuatan alkohol :
-         Oksi mercurasi – demercurasi
-         Hidroborasi – oksidasi
-         Sintesis Grignard
-         Hidrolisis alkil halida
Penggunaan alkohol :
-         Metanol : pelarut, antifreeze radiator mobil, sintesis formaldehid, metilamina, metilklorida, metilsalisilat, dll
-         Etanol : minuman beralkohol, larutan 70 % sebagai antiseptik, sebagai pengawet, dan sintesis eter, koloroform, dll.

Tatanama alkohol
Nama umum untuk alkohol diturunkan dari gugus alkol yang melekat  pada –OH dan kemudian ditambahkan kata alkohol. Dalam sisitem IUAPAC, akhiran-ol menunjukkan adanya gugus hidroksil.Contoh-contoh berikut menggambarkan contoh-contoh penggunaan kaidah IUPAC (Nama umum dinyatakan dalam tanda kurung).



Eter
Bagi kebanyakan orang kata eter dikaitkan dengan anestesi.Eter yang dimaksud adalah hanyalah salah satu anggota kelompok eter, yaitu senyawa yang mempunyai dua gugus organik melekat pada atom oksigen tunggal. Rumus umum eter ialah R-O-R’, yang R dan R’-nya bisa sama atau berbeda, gugusnya dapat berupa alkil atau aril. Pada anestesi umum kedua R-nya adalah gugus etil.CH3CH2-O-CH2CH3.
Eter merupakan isomer atau turunan dari alkohol (unsur H pada OH diganti oleh alkil atau aril).Eter mengandung unsur C, H, dan O.
Sifat fisika eter :
-         Senyawa eter rantai C pendek berupa cair pada suhu kamar dan TD nya naik dengan penambahan unsur C.
-         Eter rantai C pendek medah larut dalam air, eter
-         dengan rantai panjang sulit larut dalam air dan larut dalam pelarut organik.
-         Mudah terbakar
-         Unsur C yang sama TD eter > TD alkana dan < TD alkohol (metil, n-pentil eter 140oC, n-heptana 98oC, heksil alkohol 157oC).
Pembuatan eter :
-         Sintesis Williamson
-         Alkoksi mercurasi – demercurasi
Penggunaan eter :
-         Dietil eter : sbg obat bius umum, pelarut dari minyak, dsb.
-         Eter-eter tak jenuh : pada opersi singkat : ilmu kedokteran gigi dan ilmu kebidanan.
Tatanama eter
-         Eter diberi nama berdasarkan gugus alkil atau arilnya menurut urutan abjad, diikuti dengan kata eter misalnya :

Untuk eter dengan stuktur kompleks, kadang-kadang diperlukan nama gugus –OR sebagai gugus alkoksi. Misalnya, dalam sistem IUPAC eter diberi nama sebagai hidrokarbon dengan substitusi alkoksi.





Etil asetat
            Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus empiris C2H5OC(O)CH3. Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Senyawa ini di produksi dalam skala besar sebagai pelarut. Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis.
Seperti kebanyakan reaksi aldehida dan keton, esterifikasi suatu asam karboksilat berlangsung melalui serangkaian tahap protonasi dan detonasi. Oksigen karbonil diprotonasi, alkohol nukleofilik menyerang karbon positif dan eliminasi air akan menghasilkan ester.
Etil asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi fischer dari asam asetat dan ethanol, biasanya disertai katalis asam seperti asam sulfat.

Katalis
Reaksinya : 
  Etanol + Asam Asetat  à Etil Asetat + Air
  C2H5OH + CH3COOH  à CH3COOC2H5 + H2O
  
            Reaksi di atas merupakan reaksi reversibel dan menghasilkan suatu kesetimbangan kimia.Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan asam asetat dan ethanol kembali. Katalis asam sulfat dapat menghambat hidrolisis karena berlangsungnya reaksi kebalikan hidrolisis yaitu esterifikasi fischer.
Berikut adalah sifat fisik dan kimia dari Etil Asetat. Sifat fisik dari Etil Asetat:
Nama sistematis     : Etil etanoat ,Etil asetat
Nama alternative    : Etil ester,Ester asetat, Ester etanol
Rumus molekul      : C4H8O2
Massa molar           : 88.12 g/mol
Densitas dan fase   : 0.897 g/cm³, cairan
Titik lebur               : −83.6 °C (189.55 K)
Titik didih              : 77.1 °C (350.25 K)
Penampilan             : Cairan tak berwarna

Sifat Kimia dari Etil Asetat adalah:
1.    Pelarut polar menengah yang volatil.
2.    Tidak beracun.
3.    Tidak Higroskopis.




Sintesis Asam Salisilat

Teori Dasar
Golongan analgesik non-narkotik seperti asam asetil salisilat ternyata memiliki khasiat anti inflamasi sehingga dapat digunakan untuk mengobati arthitis. Mekanisme Kerja obat ini belum jelas, walaupun diperkirakan dengan hubungan produksi atau penghantar hormon.
Asam salisilat tersedia di alam dalam bentuk ester pada glikosida dan minyak atsiri. Metil ester terkandung dalam minyak gandapura dan minyak aromatik tumbuhan lainnya.
Pada percobaan ini akan disintesis metil salisilat. Ester dapat diperoleh langsung dari asam karboksilat dengan alkohol dengan adanya katalis asam dan dapat diperoleh juga dari alkoholis asam klorida, asam anhidrat dan nitril.
Tahapan reaksi esterifikasi dapat diilustrasikan asam asetat dan etanol:
1. Protonisasi gugus karbonil
2. Adisi alkohol dan pemindahan suatu proton ke salah satu gugus hidroksil.
3. Eliminasi air dan deprotonisasi.
Reaksi pada percobaan ini bersifat reversibel maka kesetimbangan harus dibuat condong ke kanan untuk diperoleh ester dalam jumlah banyak.
Pada kondisi ideal, komposisi campuran kesetimbangan tidak dipengaruhi ada tidaknya katalis, tapi percobaan telah menunjukkan bahwa nilai konstanta kesetimbangan akan menjadi dua kali lipat. Jika ditambahkan sejumlah besar katalis asam maka katalis ini akan mengubah lingkungan dalam sistem dan sebagian dihilangkan melalui hidrasi air yang terbentuk dalam reaksi ini.
Asam salisilat berupa hablur putih biasanya jarum halus serta rasanya agak kemanis-manisan, tajam dan stabil di udara. Warnanya putih dan tidak berbau serta sukar larut dalam air dan benzen namun mudah larut dalam etanol dan eter atau air yang mendidih. Jarak titik leburnya 158 derajat Celcius dan 161 derajat Celcius.
Struktur Kimia Asam Salisilat



Alat dan Bahan
Alat:
1. Corong Pisah
2. Labu Erlenmeyer
3. Batang Pengaduk
4. Pipet Tetes
5. Gelas Kimia
6. Kertas Saring
7. Corong Gelas
8. Labu Bundar 50 mL
9. Kondensor
10. Batu Didih
11. Alat Destilasi

Bahan:
1. 3 mL Asam Sulfat Pekat
2. 14 gr Asam Salisilat
3. 50 mL Metanol
4. Diklorometan
5. Air atau Aquadest
6. Magnesium Sulfat
7. Natrium Bikarbonat


Cara Kerja
Masukkan 14 gr Asam Salisilat dan 50 mL Metanol ke dalam labu bundar 50 mL dan aduk campuran itu. Tambahkan dengan ekstra hati-hati asam sulfat pekat sebanyak 3 mL (bersifat korosif !!!).
Masukkan batu didih ke dalm labu tadi dan sambungkan dengan kondensor tegak lalu reflux kira-kira selama 1 1/2 jam. Setelah direflux, dinginkan larutan pada suhu kamar dan dekantasi ke dalam corong pisah. Yang didalamnya terdapat 5 mL air dan 5 mL diklorometan.
Bilas labu bundar tadi dengan 2-3 mL diklorometan dan tuang bilasan lalu kocok campuran. Pisahkan cairan organik dengan kurang lebih 20 mL air/ aquadest dan kurang lebih 20 mL natrium bikarbonat (hati-hati berbusa). Pisahkan lapisan organik dan masukkan ke dalam labu erlenmeyer. Tambahkan sedikit magnesium sulfat, aduk dan buka penutup biarkan 20 menit.
Saring larutan tersebut ke dalam destilasi kecil, tambahkan batu didih dan suling diklorometan. Setelah tidak ada lagi pelarut yang tersuling, biarkan labu dingin pada suhu ruangan.


letsgosinjisekaie@gmail.co

Reaksi pembentukan metil salisilat:

Struktur kimia untuk katalis asam atau asam sulfat (H2SO4) :

Natrium salisilat + CO2 + H2O


Gambar 1 Soxlet ketika reaksi reflux
Berkaitan dengan hasil metil salisilat yang dihasilkan kurang memuaskan ada beberapa hal, diantaranya:
1. Keterbatasan waktu praktikum,
2. Alat-alat yang tidak tercuci sempurna,
3. Keterlambatan penambahan asam salisilat atau penambahan asam sulfat yang didahulukan,
4. Terbuangnya asam salisilat di dalam labu bundar, ataupun dialat-alat yang lainnya.